Daya Beli Menurun, Kasus Gizi Buruk Melonjak Tajam
NGAWI™ Meski seabrek kegiatan mulai dari
gemar makan ikan serta touring kuliner yang mungkin saja bertujuan
menyadarkan masyarakat akan pentingnya Gizi, ternyat Kasus kematian
akibat gizi buruk terhadap bayi dibawah lima tahun (balita) di Ngawi
mengalami peningkatan tajam. Ditengarai, ini akibat daya beli masyarakat
yang makin menurun.
Seperti yang berhasil diungkap masalah penanganan
gizi buruk kuran maksimal di wilayah Kabupaten Ngawi terbukti pada
akhir tahun ini justru mengalami peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya.
Sesuai data riil versi Samsul Fathoni salah satu pemerhati kesehatan
anak dari Ngawi menerangkan setidaknya tercatat ada 347 kasus gizi buruk
di tahun 2012 ini sedangkan tahun sebelumnya ada 276 kasus gizi buruk
yang tersebar di beberapa kecamatan seperti Paron, Padas, Pitu,
Jogorogo, Ngawi, Gerih, Geneng dan Mantingan.
Peningkatan tersebut terbagi atas 15 balita terkena gizi buruk dengan 4
balita dinyatakan meninggal, selain itu tercatat 3 balita kategori gizi
kurang, 11 balita gizi buruk dan 1 balita terkena marasmus.
Tambahnya, para pengambil kebijakan dalam hal ini paling kompeten
terdiri Dinas Kesehatan dan BKKBN dinilai kurangnya melakukan koordinasi
serta sosialisasi terhadap gizi balita dimasyarakat. “Padahal kalau
dicermati betul untuk menentukan gizi baik tidak harus dengan biaya
mahal, dengan demikian asupan ataupu nutrisi terhadap balita perlu
mendapatkan perhatian bersama,” ujar Samsul Fathoni.
Jelasnya lagi, penyebab utama gizi buruk di wilayah Ngawi sebetulnya
bukan faktor kemiskinan yang mendera keluarga. Pada dasarnya minimnya
pengetahuan orang tua terhadap pentingnya gizi bagi balita juga menjadi
faktor penunjang. “Kalau sudah begini keadaanya, maka langkah pemerintah
daerah sendiri harus meningkatkan pemahaman kembali terhadap masyarakat
akan kesehatan balita,” tuturnya.
Sementara terkait adanya peningkatan gizi buruk pihak Komisi II DPRD
Ngawi sejauh ini sesuai pengamatan media masih berpangku tangan. Sesuai
fungsinya sebagai lembaga legislative mereka seharusnya lebih intens
melakukan pengawasan terhadap budget pengeluaran yang dianggarkan pada
pos kesehatan balita dalam APBD setiap tahunya melalui Dinas Kesehatan.
Kemudian untuk memperjelas faktor utama atas gejolak peningkatan gizi
buruk terhadap balita kepada Dinas Kesehatan sampai saat ini belum bisa
memberikan jawaban. Sesuai informasi Dr.Heru selaku Kasi Gizi dan
Keluarga Dinas Kesehatan Ngawi masih berada di Surabaya dalam rangka
kunjungan kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar