Posted Kamis, 10 Januari 2013 by Admin
Suatu ketika selepas Ashar di Masjid Al Hikam.
Di salah satu pojok masjid tersebut terdapat Ranid dengan dua orang
temannya yakni Ahmad dan Ilmi yang terlihat sedang mendiskusikan
sesuatu. Kali ini tema yang diangkat seputar masalah I’jazul Quran
(Mukjizat Al Quran). Diskusi yang berjalan cukup santai namun sarat akan
ilmu.
Ahmad adalah seorang
mahasiswa salah satu PTS di Jakarta dengan program studi Matematika.
Seorang calon pengabdi masyarakat dengan ilmunya. Ahmad selalu berupaya
mengaitkan Al-Qur’an dengan bidang studinya matematika. Ahmad sering
berkutat dengan angka-angka dalam Al-Qur’an.
Ahmad pun memulai
diskusi. “Subhanallah alquran itu bener-bener mukjizat. Saya pernah baca
di Internet bahwa ternyata kata Yaum (hari) di dalam alquran sebanyak
365 kata sama seperti jumlah hari dalam satu tahun, kata syahr (bulan)
disebutin 12 kali sama kayak jumlah bulan dalam satu tahun, sab’u
(minggu) disebutin 7 kali sama dengan jumlah hari per minggu. Belum lagi
kata-kata yang berlawan kata. Misalnya ad dunya 115 kali, al akhiroh
juga 115 kali. Malaikat 88 kali sedangkan asy syayathin 88 kali juga. Al
hayat 145 kali begitupun dengan Al Maut yang juga 145 kali. Belum lagi
angka 19 yang disebutin dalam alquran surat Al Mudatsir ayat 30.
Sebetulnya masih banyak tapi mending antum liat di internet aja
nafsi-nafsi, tinggal tanya mbah google ketik key word nya keajaiban
angka dalam alquran,” Celoteh Ahmad sekaligus mengakhiri presentasinya.
Tiba giliran Ranid memaparkan pengetahuannya seputar masalah mukjizat
Quran. Ranid memang sangat menyenangi diskusi-diskusi tentang kajian
Islam berhubung program studi Ranid adalah bahasa Arab yang ia geluti di
salah satu Ma’had Lughoh di Jakarta. Maka ia akan memaparkan
sepengetahuannya tentang I’jazul Quran dari sudut pandang bahasa.
Setelah mengucapkan basmalah seraya memuji Allah dengan hamdalah, serta
sholawat kepada Nabi SAW. Ranid pun mulai berkata “Mumtaz! ustadz Ahmad
mantep dah penjelasannya, giliran ane ya? Gini jadi mukjizat kalo
diliat dari segi bahasa maka secara sederhana dapat diartikan sebagai
'senjata' untuk melemahkan terhadap tantangan dakwah yang ada. Contoh di
zaman nabi Musa AS berhubung waktu itu sihir sedang
ngetrend-ngetrendnya maka Allah kasih mukjizat nabi Musa AS 'menyerupai'
sihir, tapi bukan sihir, dengan tongkatnya yang terkenal. Bisa berubah
jadi ular, ngebelah lautan, dsb. Trus di zaman nabi Isa AS berhubung
waktu itu ilmu kedokteran lagi maju-majunya maka Allah kasih kepada nabi
Isa AS mukjizat yang berhubungan dengan dunia pengobatan. Nah, di zaman
Rasul SAW pada masa itu kaum jahiliyyah terkenal akan syairnya yang
luar biasa Indahnya. Maka Allah pun memberikan kepada Nabi SAW berupa
alquran sebuah mukjizat yang begitu sangat tinggi dan sarat akan nilai
sastranya.”
Ranid masih melanjutkan pemaparannya “bahkan Allah
nantangin mereka kaum kafir untuk buat satu surat saja yang semisal
dengan alquran. Coba ente berdua buka Al-Baqoroh ayat 23 'dan jika kamu
meragukan Al-Quran yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) maka
buatlah satu surat semisalnya dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah jika kamu orang yang benar,' dan dilanjutan ayatnya, bahwa Allah
sudah kasih garansi, mereka pasti gak akan mampu ngebuatnya.
Pernah ada kisah tentang Musailamah Al-Kadzdzab yang coba-coba buat
alquran tandingan. Salah satu suratnya niru-niru al-fiil. Dan surat
gadungan itu ditertawakan banyak orang karena diliat dari sisi bahasa
dan maknanya betul-betul jelek. Dan satu hal lagi cuma alquran kitab
suci yang bisa dihafal oleh jutaan manusia walaupun manusianya itu
sendiri pun tidak mengetahui arti alquran. Bahkan uniknya juga,
hafalannya tersebut lengkap sampai titik dan komanya. Subhanallah maha
benar Allah dalam firmanNya 'dan sungguh Kami mudahkan Al-Quran untuk
peringatan' Al-Qomar ayat 17,” Ranid pun mengakhiri makalah yang
dibawakannya.
Selanjutnya giliran Ilmi yang mendapat giliran
menjelaskan mukjizat quran berdasarkan studi yang ia geluti. Ilmi adalah
seorang mahasiswa IT di salah satu PTS di Jakarta. Berbeda dengan kedua
orang sahabatnya tadi, Ikhwan lajang ini tengah mengerjakan tugas akhir
dalam perkuliahannya. Hal ini dikarenakan Ilmi terlebih dahulu kuliah
selepas SMA daripada Ahmad dan Ranid yang sempat menunda jenjang
akademisnya.
Lengkap dengan stelan kacamata khas para hacker di
film Hollywood, Ilmi pun memulai pembicaraannya. “sebenernya ane belum
mau mengatakan ini mukjizat atau gak? terus terang ane gak berani. Tapi
salah satu point yang pernah ane dengar dalam seminar Qur’an bahwa
kenapa Qur’an disebut mukjizat tak lain dan tak bukan adalah karena
kebenarannya dalam 'meramal' masa depan. Betul gak Ran?” Ilmi bertanya
pada Ranid. Ranid pun mengiyakan pernyataan Ilmi dengan mengaggukan
kepala, seolah tak mau kehilangan pemaparan dari Ilmi sahabatnya.
Ilmi melanjutkan “surat al-lahab contohnya, di situ Allah memastikan
bahwa Abu Lahab bakalan tetep kafir dan masuk neraka. Dan ketika surat
itu turun di Mekkah, Abu Lahab ternyata masih hidup. Sekarang coba antum
bayangin kalo seandainya Abu Lahab itu tergerak hatinya untuk masuk
Islam atau pun pura-pura masuk Islam maka Al-Quran akan dipertanyakan
kebenarannya dari dulu sampai sekarang. Ataupun di surat Ar-Rum di situ
dijelaskan bahwa Romawi bakalan menang melawan Persia. Dan itu
subhanallah terjadi beberpa tahun kemudian. Setelah pada peperangan yang
sebelumnya Romawi kalah maka pada peperangan selanjutnya Romawi menang
telak.
Dan satu lagi peristiwa fathul Mekkah di surat Al-Fath.
Allah memastikan kaum Muslimin akan memasuki Mekkah setelah sekian lama
hijrah ke Madinah. Dan subhanallah hal itu terbukti.”
Fenomena Al-Fisbukiyyah dalam Al-Qur'an
“Ah itu mah dari aspek sejarah Mi, coba dari aspek IT sesuai sama studi
ente?” Tanya Ranid seolah menantang Ilmi. “Weitss, tenang-tenang ane
kan belum selesai jelasinnya, ana lanjut ya!” Jawab Ilmi. “Nah berhubung
tadi ane bilang ana gak berani nyebut ini mukjizat atau nggak, maka ane
akan bilang ini kehebatan Quran.” Ilmi masih melanjutkan, sementara
kedua rekannya Ahmad dan Ranid masih terus diam dan menyimak kata per
kata yang akan terlontar dari mulut Ilmi. “ente berdua tau gak, bahwa
sejak 1400 tahun yang lalu alquran sudah menyinggung tentang Facebook
dan kawan-kawannya?!” Ahmad sang Cagur (Calon Guru) tertegun diiringi
dengan tertawa kecil seolah tak percaya statmen Ilmi. Lain lagi dengan
Ranid yang masih berpikir dan mencari-cari bahwa apakah benar kata
Facebook ada di dalam alquran. Dengan mencoba mentashrif pola-pola
fi’il.
Ilmi meneruskan kembali pemaparannya “Ahmad, coba ente berdua buka surat Al-Ma’arij ayat 19-21
"'Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia
ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan dia
jadi kikir.'
Ayat ini menjelaskan fenomena jama’ah "Al-Fisbukiyyah" secara umum. Coba ente-ente liat wirid-wirid mereka.
Kebanyakan isinya keluh kesah. Temanya udah mirip
sinetron mendayu-dayu sampai bikin air mata keluar. Sakit dari mulai
bisul, cantengan, jerawat, sampai ayan di update di status. Cuaca juga
gak ketinggalan. Dikasih hujan, ngeluh gak bisa kemana-mana. Dikasih
panas ngeluh kepanasan. Segala maksiat juga disebarin di muka umum.
Masalah duit abis, rezeki seret terus dan terus di suguhkan. Ibadah juga
ada beberapa yang dipublikasikan puasa, sedekah, tapi alhamdulillah ane
belum menemukan ada orang yang lagi sholat update status 'lagi roka’at
dua nih' naudzubillah kalo sampai ada!” canda Ilmi.
Ahmad dan
Ranid pun tertawa dan mengaminkan ucapan Ilmi. “Terus di ayat setelahnya
dikatakan 'apabila dapat kebaikan maka ia kikir.' Ane rasa betul ayat
tersebut. Coba ente berdua hitung ada beberapa orang yang update status
semisal alhamdulillah dapet rezeki, buat yang mau ditraktir harap tunggu
di depan masjid. Kira-kira ada gak status kayak gitu. Giliran dapat
rezeki yang melimpah pada pelit gak mau orang lain pada tau, tapi
giliran ditimpa musibah di share kemana-mana.”
“Ah, lo iri aja
kali jangan sok jaim deh?!” Kali ini Ahmad yang bertanya kepada Ilmi.
Ilmi pun menjawab “ane rasa jaim itu perlu, dalam konteks JAIM,
Jaga-Iman berkaitan dengan hal malu, ane tidak mengharamkan update
status, akan tetapi alangkah baiknya update-nya itu yang baik-baik
pokoknya temanya mengajak kebaikan dari quran, hadits, sahabat, ataupun
salafush sholih. Inget akh dalam hadits riwayat Bukhori dikatakan Jika
kamu tidak malu, maka berbuatlah sesukamu. Ulama bilang bahwa jika kita
udah gak malu sama Allah dan tidak merasa diawasinya maka tunaikan saja
hawa nafsumu dan lakukan apa yang kau inginkan.” Jawab Ilmi.
Ranid tak menyangka sahabatnya Ilmi dapat menarik dan mengaitkan surat
Al-Ma’arij ayat 20-22 dengan fenomena Facebookers yang bergentayangan di
dunia maya. Alhamdulillah bertambah satu lagi pengetahuan Ranid pada
hari itu. Sungguh Ranid sejatinya sudah sering membaca atau bahkan
menghafalkan surat ini. Namun dikarenakan kurang men-tadabbur-i ayat ini
maka alangkah kagetnya ia mendengarkan penjelasan yang dipaparkan oleh
sahabatnya Ilmi.
Diskusi kali ini pun berkahir seiring dikumandangkannya adzan maghrib sebagai pertanda masuknya waktu sholat maghrib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar