Posted Senin, 28 Januari 2013 by Admin
klacommunity.blogspot.com - NGAWI™ Keberadaan Proyek Pemanfaatan
Teknologi Biogas di wilayah Ngawi, dari Dana Alokasi Khusus (DAK), pada
tahun anggaran 2012 lalu, terkesan Hamburkan anggaran, terbukti para
penerima program ini rata-rata hanya memiliki sapi 2 Ekor. Dan benar
saja, Karena limbah kotoran kurang, Kompor Biogas-pun Hanya mampu nyala
sejam.
“Setidaknya satu reaktor dapat dimanfaatkan dua
sampai tiga rumah tangga jangan seperti yang sudah terjadi saat ini,”
terang nara sumber yang enggan disebut namanya. Menurutnya program yang
dimotori oleh Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Ngawi dinilai masih tebang
pilih terlebih hanya desa tertentu yang mendapatkan inovasi program
penghematan energy ini.
“Kalau bisa program semacam ini jangan hanya diberikan terhadap desa
tertentu yang tercium ada gelagat memakai unsur kedekatan dengan
birokrasi,” jelas nara sumber, Minggu (27/1).
Pernyataan nara sumber tersebut langsung dibantah Yulianto Kepala KLH
Ngawi bebernya, pada tahun 2012 lalu yang mendapatkan program biogas
berjumlah 10 kepala keluarga (KK) yang berlokasi di Desa Semen,
Kecamatan Paron dan Desa Guyung, Kecamatan Gerih.
“Yang jelas program biogas ini satu reaktor peruntukanya hanya satu
rumah saja dan tidak lebih,” ungkap Yulianto. Pihaknya menambahkan,
pengembangan energy alternative dari kotoran sapi tersebut akan terus
dipacu pada tahun selanjutnya.
“ Biogas ini akan terus kita lakukan terhadap desa-desa lainya yang
memang ada peternak sapinya,” tuturnya. Selain itu dalam anggaran tahun
lalu pengembangan biogas secara total pihaknya mendapatkan jatah Rp 109
juta lebih bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK).
“Suatu contoh pada tahun sebelumnya biogas yang dikelola secara bersama
yakni di Tambakboyo Mantingan ternyata kurang berjalan karena sesama
anggota peternak sendiri saling menunggu dalam mengolah limbah ternak
sapi,” urainya lagi.
Namun demikian ada sisi positif program biogas berasal dari kotoran sapi
ini. Seperti yang dijelaskan Sugianto, penerima program biogas asal
Desa Semen,Kecamatan Paron. Jelasnya, biogas dari kotoran sapi tersebut
pengoperasianya cukup sederhana dan biayanya tidak semahal dengan
seperti program biogas dari mikrohidro, panas bumi atau tenaga surya.
“Biogas lebih mudah dikembangkan oleh masyarakat, dan reactor biogas
ukuran 4 M3 bisa menggantikan elpiji ukuran 12 kilogram dan 100 watt
listrik,” kata Sugianto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar