Posted Sabtu, 09 Februari 2013 by Admin
NGAWI™ Pada awal musim tanam tahun ini
rupanya petani padi dibuat khawatir terhadap nasibnya. Tidak
tanggung-tanggung serangan hama sejenis wereng coklat, penggerek
batang, xantomonas dan prycularia lumatkan ratusan hektar tanaman padi
yang sedikitnya telah menyebar di 7 kecamatan wilayah kabupaten Ngawi.
Wabah serangan hama tanaman padi ini sedikitnya
menyerang di tujuh kecamatan yaitu Pitu, Bringin, Ngrambe, Gerih,
Kasreman, Mantingan dan Sine.
Sesuai data dari Dwi Martanto, salah satu staf bidang SDA dan SDM Dinas
Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Ngawi ke empat jenis hama tanaman
padi tersebut dalam kurun satu bulan awal musim tanam awal tahun ini
secara total telah merusak 929 hektar.
“Curah hujan yang terlalu tinggi pada akhir-akhir ini bias menjadi
faktor terjadinya serangan hama terhadap tanaman padi,” ungkap Dwi
Martanto, Kamis (7/2).
Urainya, dari ketujuh wilayah kecamatan di daerahnya serangan hama
terhadap tanaman padi akibat wereng coklat 122,5 hektar, penggerek
batang 25 hektar, xantomonas 158 hektar dan prycularia 623,5 hektar.
Pihaknya menegaskan ke empat jenis hama tanaman padi tergolong mematikan
kalau tidak cepat diatasi bisa saja menyebabkan puso seperti pada musim
tanam 2010 lalu. Dengan merajalelanya serangan hama tersebut terang Dwi
Martanto, Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Ngawi langsung
melakukan penyemprotan massal terhadap lahan tanaman padi.
“Sejak awal setelah diketahui hama wereng dan penggerek batang menyerang
tanaman padi, langsung kita lakukan penyemprotan massal dengan
insektisida jenis upload sedangkan hama jenis xantomonas dan prycularia
dengan insektisida jenis puanmor,” beber Dwi Martanto.
Sementara Hariyanto petani asal Desa Teguhan, Kecamatan Paron , mengaku
sampai sekarang ini semenjak tanaman padi miliknya mulai terserang hama
belum ada satupun pihak dari pemerintah melakukan sosialisasi ataupun
pencegahan.
“Kok belum lihat ada petugas dari dinas terkait yang melakukan
sosialisasi pencegahan hama di wilayah sini apalagi penyemprotan
massal,” terang Hariyanto. Sehinggga untuk menanggulangi serangan hama
yang datangnya secara mendadak tersebut dirinya hanya memakai
insektisida tertentu dengan berbekal pengalaman terbatas akan hama.
Sebagai petani padi Hariyanto sendiri mengaku masih trauma dengan
serangan hama wereng yang terjadi pada 2010 lalu. “Sangat khawatir
terjadinya puso lagi sehingga saat ini saya siap-siap rugi lagi
pokoknya, karena serangan hama ini tidak bisa diprediksi,” keluhnya.
Harapnya, kepada pemerintah jangan sampai berkoar-koar dengan serangan
hama justru sebaliknya dengan tindakan tepat dan cepat melakukan
pencegahan dari dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar